Saya ingin posting lagu Lir Ilir beserta artinya ini, karena saya merasa arti dari syair lagu ini sangat bagus sekali. Merupakan falsafah hidup menurut saya.
Disamping itu, anak saya yang kedua, Fayda sedang belajar lagu ini ke mbah Uti nya. Selain lagu
Sluku-Sluku-Bathok yang pernah saya posting juga, lagu Lir Ilir ini ternyata bisa membuat Fayda ingin menghapal nya.
Jadilah saya tertarik untuk mencari lirik lagu ini (karena saya ga tahu) beserta artinya. dan ternyata arti dari lagu ini daleeemm.... banget, membuat saya berfikir, merenung akan arti hidup.
Begini lirik dan artinya :
Lir ilir lir ilir tandure wong
sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh penganten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’0 surak hiyo
Makna yang terkandung lagu di atas adalah sbb:
Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari
keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang
telah ditanamkan oleh Allah dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan
Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau
tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang
untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan
seperti bahagianya pengantin baru.
Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau
panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Disini disebut anak gembala karena oleh Allah, kita telah
diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan
hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala
diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima
buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun
licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam
arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan
dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita
yaitu pakaian taqwa.
Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian
samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan
berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan
membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Allah
SWT.
Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar
terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan
Iya!!!)
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita
masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak
waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!
Saya ambil dari : http://menone.wordpress.com/2012/04/18/makna-dibalik-lagu-lir-ilir/